Minggu, 29 Juli 2012

COVER STORY MAJALAH OBSESI EDISI VII


Sekilas makna yang terkandung dalam cover majalah Obsesi. Merupakan kenyataan pada hidup, hal itu bisa dilihat melalui warna serta gambar pada bagian-bagiannya.
Bisa disebutkan pada rupa kanan atas, terdapat gambar pohon yg terliliti ular, hal ini bermaksud dlam arti bahwa keindahan hidup akan selalu terliliti oleh kesusahan maupun keberuntungan, karena lambang ular sendiri dikaitkan sebagai pembawa keberuntungan, namun ada juga yang menyatakan sebagai lambang malapetaka.,
ada juga yaitu  gambar wayang yang hanya memiliki warna hitam dan putih.  Pada  dasarnya jika kita melihat sedikit ke dalam, kita lihat bahwa gambar tersebut dalam masa-masa kepedihan, betapa suramnya  gambar tersebut, namun pada  akhirnya di balik gambar tersebut kita melihat warna warni kehidupan.
itu adalah kenyataan bahwa sesungguhnya. Manusia adalah mahkluk yang terlalu mendalami perasaan, di mana kita sebagai manusia seharusnya sadar di sini kita tidak sendiri
- PRAYOGA SIMA NEGARA
 

Kebudayaan lokal menjadi sumber terbentuknya karakter bangsa




Seiring dengan perkembangan jaman, kita dituntut untuk bersikap bijak dalam menghadapi derasnya arus globalisasi. Misalnya saja, bagaimana kita menyikapi masuknya budaya asing yang mendesak dan mengancam eksistensi keberadaan budaya lokal. Tak sedikit dari kita yang lebih tertarik dengan kebudaayan asing yang dianggap lebih modern daripada kebudayaan lokal yang dianggap kurang keren dan kuno.

Sebenarnya apa itu kebudayaan lokal ? Kebudayaan sendiri dapat diartikan sebagai hasil cipta, rasa, dan karsa dari manusia. Atau dapat juga berarti semua hasil dari budi (akal).Sedangkan arti lokal adalah sekelompok masyarakat yang menempati kawasan tertentu. Jadi kebudayaan lokal adalah semua ide, gagasan, pemikiran dan aktifitas dari sekelompok masyarakat yang berada di kawasan tertentu. Sebagai contoh kebudayaan lokal di wilayah Tulungagung, misalnya prinsip gotong royong, kerja bakti, ketoprak, dan masih banyak lagi.

Pada prinsipnya budaya kita adalah adi luhung dan berjumlah sangat banyak. Kita sebagai generasi muda (pelajar) seharusnya merasa terpanggil untuk melestarikan kebudayaan daerah. Karena di pundak kitalah kewajiban untuk melestarikan kebudayaan tersebut terpanggul. Dengan pemikiran yang inovatif dan kreatif, kebudayaan lokal bisa dibuat menjadi lebih menarik dan up to date dengan memadukan unsur modern, namun tidak menghilangkan identitas atau jati diri dari kebudayaan lokal. Sehingga, kebudayaan lokal tidak akan ketinggalan jaman dan masih bisa eksis di kalangan anak muda.

Kebudayaan lokal (khususnya di wilayah Tulungagung) yang diolah dan dikelola dengan baik bisa menjadi khazanah (perbendaharaan) kebudayaan di Tulungagung. Kebudayaan lokal dapat menjadi inspirasi dan dapat menjadi daya dorong, daya tangkal, serta daya tahan di tengah ganasnya arus kebudayaan global di Tulungagung.

Pak  Syaifulloh menjelaskan bahwa memahami dan mempelajari kebudayaan lokal juga memberi banyak manfaat, diantaranya:
a)     Sumber inspirasi
Kebudayan lokal akan dapat mengilhami masyarakat untuk berkarya lebih besar.
b)     Sumber edukasi
Ada nilai edukasi yang dalam jika kita mengkaji kebudayaan lokal, seperti permainan gobak sodor, kerja bakti, gugur gunung, dan ungkapan guyub rukun rembug desa.
c)     Kearifan lokal
Kebudayaan akan dapat menciptakan pribadi yang arif di tengah ganasnya pusaran arus global yang menerpa dinding-dinding kebudayaan kita. Kearifan lokal dapat memfilter unsur kebudayaan global (asing) yang tidak cocok dengan kebudayaan kita.
d)     Menumbuhkan rasa kebanggaan bagi daerah tertentu.

Budaya lokal sangat besar pengaruhnya dalam pembentukan karakter bangsa. “Karakter bangsa itu sesungguhnya bersumber dari kebudayaan daerah yang  mengalami perubahan di seluruh penjuru tanah air. Kebudayaan lokal atau daerah yang mencapai titik kulminasi (titik puncak), akan mengalami proses kristalisasi. Dari proses kristalisasi itulah kebudayaan lokal menjadi karakter bangsa,” tutur Bapak Syaifulloh yang saat ini mengajar bidang studi sejarah dan pendidikan agama Islam di SMAN 1 Ngunut.
Nah, dengan demikian tidak sepatutnya kita meremehkan dan melupakan budaya lokal karena selain memberi banyak manfaat, juga menjadi cermin pribadi bangsa yang luhur dan dapat menjadi kekuatan kita sebagai bangsa yang besar dan beranekaragam.

Sabtu, 18 Februari 2012

FANFIC/CRAZY LOVE IN MY DREAM/part2

Tittle: “Crazy Love In My Dream”
Author: Chang Min Sa
Cast:
-         Minsa
-         Max Changmin
-         Uknow Yunho
-         Hero Jaejoong
-         Xiah Junsu
-         Micky Yoochun
-         Elza
-         Others
Rating: PG17
Genre: Romance, Comedy, dll.
Fanfic ini benar-benar khayalan semata dibuat dengan niat tulus author untuk mengingat mimpi yang pernah author alami malam hari Senin, 26 Desember 2011 lalu, hari dimana author merasakan kepedihan atas idolanya yang tengah bertambah usia yang kita kenal sebagai DBSK/TOHOSHINKI/TVXQ dan fans mereka yang disebut Cassiopeia/Bigeast. Well, semoga mimpi ini menjadi kenyataan. Amiiiin >.
»\(^CrazyLoveInMyDream^)/«
[music: TVXQ-Wasurenaide]
# Changmin POV
Tok! Tok! Tok!
CKREK!!
Pintu vila terbuka. Di balik pintu itu, terlihat kekasihku yang baru.Aku memperhatikannya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Bagiku, meski hanya memakai pakaian yang bisaa, ia tampak sangat cantik.
“Nde, Oppa?” tanyanya membangunkanku dari lamunanku.
“Anni. You’re so beautiful today.” Ujarku malu-malu.Lalu aku meraih tangannya.Aku rasa, aku sangat menyukai bagian ini.Menggenggam tangannya yang kecil dan merasa seakan aku mampu memilikinya seutuhnya.
“Nde?Jadi kemarin aku tidak cantik?” protesnya.Ia buang muka dan segera menutup pintu vilanya.
“Annio, Chagi. You’re beautiful everytime..” seruku sambil mencubit bibinya.
“Aww! Sakit Oppa..” ujarnya manja. Minsa memegang tanganku lalu memindahkannya dari wajah Minsa.
“Habisnya, Chagi imut sekali…”
Wajah Minsa berubah merah seketika. Sepertinya ia malu, sangat malu.
Aku memutuskan untuk tidak membuatnya semakin parah.Aku menarik tangannya. Rencananya kami akan pergi naik perahu. Tapi tidak hanya kami berdua, tapi juga Hyungs dan ketiga teman Minsa.
Sepanjang perjalanan aku memegang erat tangan Minsa, seakan aku tidak mau melepaskannya sedetik saja.Ditambah lagi jalanan curam. Beberapa orang di depan kami bahkan rela bergandengan tangan dan saling tarik menarik untuk bisa berjalan ke atas pantai.
“Aww!” pekik Minsa tiba-tiba. Reflex aku menahan tubuhnya agar tidak jatuh.
“Chagi, gwenchana?” tanyaku khawatir sambil mengecek kakinya.
“Annio.Tadi ada karang kecil yang tidak sengaja aku injak. Jadi, seperti inilah… Aduuh…!” ia memegangi kakinya dan mulai membolak-balikkan telapak kakinya.
Aku melepaskan tangannya dan segera jongkok.Kuraih kakinya dan memastikannya baik-baik saja.“Apa kita perlu lembali dan tidak ikut naik perahu?”
“Andwae!Aku ingin ikut…” belum sempat Minsa melanjutkan kalimatnya teman-teman kami berteriak memanggil kami.
“Hei, yah, Minnie! Minsa! Jangan hanya berduaan saja! Bantu kami menarik perahu nelayan ini…” teriak leader-ku.
Di sebelahnya ada Jaejoong Hyung, Yoochun Hyung, dan Junsu Hyung yang sama-sama tengah menarik perahu nelayan untuk dibawa ke pantai.
Nde? Buat apa perahu nelayan diangkat pula?
“Ne, Yunho Oppa. Aku akan segera ke sana.” Jawab Minsa. Ia segera mengkat kakinya. Tapi langkahnya lambat dan terlihat kesakitan.
Aku menghampirinya dan menahan tangannya, “Kakimu sedang tidak baik.Sebaiknya Chagi tunggu di sini, ne?” pintaku.Lalu dia menurut.
Aku berlari menghampiri keempat hyungku lalu membantu mereka menarik perahu nelayan dengan tali tambang yang anjang. Setelah sampai di tempat yang nyaman, Yunho Hyun segera mengikatkan tali tambang itu di batang pohon besar yang kuat nan rindang.
“Annyeong!!!” seru tiga teman Minsa dari arah laut.Mereka melambaikan tangan sambil melangkah menuju tempat kami berdiri.“Ne, kalian sudah siap?”
“NE!!!” seru hyungs-ku bersemangat. Tapi aku memotong…
“Anni. Mungkin aku dan Minsa ….”
“Ayo!” potong Minsa yang tiba-tiba datang. Sebentar tangannya memegangi kakinya yang masih sakit, tapi ia masih menyunggingkan senyum di bibirnya.
“Chagi, bukankah kakimu masih sakit?” tanyaku khawatir.
“Minsa, kakimu sakit?” Tanya Nami panic. Ia segera menghampiri Minsa dan mengecek kakinya. Diikuti teman-temannya yang lain.
“Minsa, gwenchana?” giliran Salfa.
“Kakimu kena apa?” Tanya Elza.
“Ah, aku tidak apa-apa ko. Aku cuma tidak sengaja menginjak karang tadi.”Jelas Minsa sambil terus tersenyum menahan rasa sakitnya.“Kajja, kita naik perahu.Aku tidak sabar untuk melihat ikan-ikan di dasar laut.”
“Minsa,” Nami menahan Minsa dengan tangannya, “kau tidak bisa pergi dengan keadaan begini.Kau harus istirahat.”
“Iya, kita bisa menunda acara ini sampai besok.Iya kan?” tambah Salfa.Elza mengangguk.
“Annio.Aku tidak mau membatalkan janji. Kalian sudah susah payah mencari perahu yang bisa mengantar kita ke laut. Mana mungkin kita menyia-nyiakannya.”Minsa bersikeras untuk terus menjalankan rencana.
“Tapi Minsa kakimu….”
“Gwenchana..kakiku benar-benar dalam keadaan baik kok. Kajja, kita naik perahu.” Ajak Minsa. Kali ini dia mendahului teman-temannya lain menuju perahu yang kami pesan.
Aku dan hyungs-ku, juga ketiga sahabat Minsa masih khawatir dengan keadaan Minsa.Namun, Minsa justru melarang kami untuk khawair padanya.
@ atas perahu
[Jaejoong]
BEDDO ni suwatte kimi no kotowo kangaeteita
Aenakute mo ii aitai kono kimochi dake de ii kara
[Changmin]
Tsuyoku nokotteiru kioku kimi kara no mijikai MESSEJI ga
Setsunaku mune shimetsukeru kedo to wa no shiawase boku ga mamoritsuzuketai
Saat aku menyanyikan bagianku, entah mengapa tiba-tiba Minsa tertunduk lemas. Di sampingnya, Nami berkata, “Sudahlah, Minsa..tidak perlu berlebihan begitu menikmati suara namjachingu-mu…”
Tapi Minsa justru menahan tawa dan rasa terpesonanya pada suaraku. Hihihi… aku bahkan tidak tahu apa maksudnya.
[Junsu]
Kaze ni natte sotto tsutsumitai
Kimi ga iru sekai ni sugu toned yukitai
Aitakute mo aitakute mo
Matter kara tada waseurenaide..
Kami berhenti bernyanyi. Minsa semakin parah..aku bahkan tak mampu mengungkapkannya dengan kata-kata.
Tak lama kemudian, Minsa tersadar dari dunianya.Ia terlihat aneh. Ia bertanya pada kami, “Apakah lagunya sudah selesai.”
“Sudah.”Jawab Salfa singkat.
“Nde?Kok aku nggak denger?”
“Salah kamu sendiri dari tadi terpesona sama suaranya Changmin-sshi?” ledek Nami.
Minsa manyun tida terima diejek begitu. Lalu ia berpindah tempat, sekarang ia tiba-tiba menggenggam tanganku sementara tangan kanannya memegang tangan Yunho Hyung.
“Oppa, nyanyi lagi dong… aku kan belum mendengar utuh?” pinta Minsa memelas.
Yunho Hyung, bukannya menjawab tapi justru mengalihkan pandangannya pada Jaejoong Hyung. Bermaksud untuk meminta pendapat.Tangan kanan Minsa berpintah ke Jaejoong Hyung tapi genggaman tangan kirinya masih terhenti di tangannku.
“Oppa, please…”
Jaejoong Hyung juga sama. Ia tidak segera menjawab tapi manatap penuh tanya pada Yoochun Hyung dan Junsu Hyung. Sekali lagi tangan kiri Minsa berpindah pada Yoochun Hyung dan Junsu Hyung secara bergantian.
“Ne. Ne.” jawab Yoochun Hyung pada akhirnya.Sementara Junsu Hyung tampak terkejut dengan sikap Minsa tiba-tiba berubah.Ia terlihat menahan tawanyaa.
CPRET!!
Sebuah cahaya yang kmenyilaukan tiba-tiba menembus bayangan Minsa.Ternyata itu suara Elza yang terngah mengambil foto Yoochun Hyung.Dengan segera, Yoochun-Junsu meminta Minsa untuk geser. Karna Minsa tidak segera merespon, YooSu mendorong Minsa hingga ia hampir terjatuh. Untung saja ia segera menyambut tanganku.
“Yoochun Oppa! Junsu Oppa! Kalian tega sekali…” protes Minsa yang kini tengah duduk di depanku sembari menggenggam tanganku agar tidak jatuh.
“I don’t care!” jawab YooSu serempak. Lalu keudanya mulai berfoto ria tanpa mempedulikan sekitarnya.
Melihat wajah narsis keuda hyung-ku itu, Minsa tertawa.Ia lupa dengan rasa sakit di kakinya maupun rasa sakit karena didorong YooSu couple.
“Ne, Oppa, aukah kalian mengadakan konser di sini selama 3 hari?”
»\(^CrazyLoveInMyDream^)/«
# Minsa POV
Mentari sedang terik.Aku menyeka keringat yang turun membasahi sisi wajahku.Lalu melanjutkan kegiatanku, menginjak-injak pakaian yang tengah aku cuci untuk menghilangkan kotorannya.
Tiba-tiba sebuah suara mengagetkanku, “Sedang apa, Chagi…?” tanya namjachingu-ku sembari tersenyum manis.
“Nde, aku sedang mencuci baju.Kebetulan cahaya matahari sedang bagus, jadi sekalian saja aku cuci baju.”Terangku sambil membalas tatapan Minnie Oppa sekilas.
“Apa kakimu sudah tidak apa-apa?” tanya Minnie Oppa khawatir.
“Tidak apa-apa.Kakiku dalam keadaan yang sangat baik.”Jawabku yakin.
“Boleh aku bantu?” tawar Minnie Oppa.
Aku menatap ragu, “Apa Min Oppa bisa?”
“Aissh, jangan remehkan aku. Sini aku bantu.” Setelah melepas alas kakinya, Minnie Oppa memasukkan kedua kakinya ke dalam bak besar yang aku tempati. Untung saja bak ini cukup besar untuk menampung kami berdua, hahaha, kalau tidak..?
“Wah, airnya hangat.” Ujar Minnie Oppa sambil memperhatikan air yang ia injaki (?). Oppa tampak sangat menikmati pekerjaannya.
“Ne, ini karna matahari sedang terik.”Jawabku sambil terus menginjak pakaian yang ada di dalam bak yang terisi penuh oleh air.
“Seperti ini…?” tanya Minnie Oppa sambil mengikutiku menginjak pakaian di bawah kaki kami.
“Ne…”
“Lihat! Aku bisa melakukannya..” pamer Minnie Oppa.
“Hu-uh” balasku singkat.
Kami sama-sama menikmati pekerjaan kami ini.Semakin lama Minnie Oppa semakin menggila. Ia menginjak pakaian ini dengan cepat dan penuh tenaga(?). Tidak sengaja Minnie Oppa akhirnya menginjak kakiku dan membuatku terpeleset.
SET!
Minnie Oppa menahan tubuhku.Untung saja aku tidak sampai jatuh, tapi… masalah ini lebih buruk lagi. Minnie Oppa memegang pinggangku terlalu erat, tangannya mendorongku mendekati tubuhnya sementara wajahnya semakin mendekati wajahku yang kini mungkin tengah dalam proses pematangan *emangnya tomat matang?-inget banjun drama ‘Dangerous Love ’*. Wajah Minnie Oppa semakin dekat aku bahkan tidak mampu mengelak.Aku menutup mataku perlahan, sedetik kemudian aku menerima hembusan nafasnya.
BRUK!
“Heya! Changmin-ah! Minsa noona!”
Aku segera membuka mataku.Minnie Oppa mengangkat tubuhku hingga aku mampu berdiri tegak.Mataku melihat sekeliling.Aku menemukan sepotong pakaian yang kini ada di genggaman Minnie Oppa.Aku beralih menatap wajah Minnie Oppa, raut wajahnya menunjukkan kalau dia sedang malu.Kuedarkan lagi pandanganku, aku menemukan penyelamatku.
“Yah, Hung, kenapa mengganggu?”
“Mengganggu?Tidak, aku hanya menyadarkanmu.Ini masih siang bolong.”Seru Yunho Oppa sambil menunjuk lanngit yang terik. “Salah kalian sendiri dari tadi pagi mesra-mesraan melulu..” protes Yunho Oppa watados (read: wajah tanpa dosa).
“Aiisssh!!” gerutu Minnie Oppa sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
“Daripada kalian begini terus, lebih baik, kau, Changmin-I segera bantu kami membersihkan vila. Bukannya hari jadwalmu untuk bersih-bersih?”
“Ne, ne, arra.”Gerutu Minnie Oppa sembari turun dari baka dan kembali memakai alas kakinya. Kemudian ia meninggalkanku.
Dan, tinggal aku di sini.Aku melanjutkan pekerjaanku.
“Hufft!Untung saja tadi ada Yunho Hyung…” lirihku pada angin.
Aku juga turun dari bak lalu membuang airnya.Mengucek pakaian, membilasnya, kemudian menjemurnya.
“Chagiya!!!”
Aku berbalik. “Min Oppa, kenapa sudah kembali? Apa perkerjaanmu sudah selesai?” tanyaku sambil memperhatikan apa yang dibawa Minnie Oppa. Ia tengah membawa satu bak penuh pakaian.
“Anni. Tadi aku ke vila, eh, ternyata ruangan sudah bersih. Setelah aku cek, pakaian hyungs belum dicuci semua.Jadi aku ingin mencucinya.Bisa Chagi membantuku?” Jelas Minnie Oppa panjang kali lebar (=luas persegi panjang).
“Eoh, boleh.Bilas seperti tadi yah?” panduku.
Minnie Oppa mengangguk lalu segera melakukan tugasnya.
“Chagi, seperti ini?”
“Ne.”
“Chagi, apa airnya kurang?”
“Anni.”
“Chagi, kenapa airnya keruh?”
“Chagi, apa sudah cukup aku membilasnya?”
“Chagi, apa perlu aku ulangi lagi?”
“#*€¥»©%$;@(!*+#” pekikku sebal.
Aku berbalik dan menghempaskan pakaian yang hampi selesai aku jemur.Aku berjalan tergesa-gesa menuju tempat Minnie berdiri.Menariknya keluar dari bak besar kemudian mengambil alih pekerjaannya.
“Dengar Min Oppa. Pertama, dibilas terlebih dahulu seperti tadi. Kemudian air dibuang, pakaian diletakkan dalam bak, direndam dengan air dan sabun, dikucek, lalu dibilas lagi hingga bersih, dan yang terakhir DIJEMUR.” Jelasku menggebu-gebu sambil memberikan contoh.
Dan sialnya, Minnie Oppa tampak bingung dengan penjelasanku.Aku menyerah, “Min Oppa, kau bilang tadi mencuci baju bukan masalah untukmu?”
“Hmm, aku tidak bilang begitu..” seru Minnie Oppa.
Kali ini aku mengelus dada makin sering.Kuhembuskan nafas sepanjang mungkin.Belum sempat aku menambahkan, Yunho Oppa datang lagi.
“Yah, Changmin-i!kenapa kau di situ? Tolong bantu aku mengangkat sofa di dalam.”
“Sekarang?”
“Ne, kajja!” ajak Yunho Hyung.
Minnie Oppa meninggalkan aku lagi. Sebelum hilang dari pandanganku, ia menatapku. Kali ini aku menterjemahkannya, “Maaf, bisa tolong bantu aku melanjutkan pekerjaanku itu.”
“Huuuffft!”
@night
Tok! Tok! Tok!
Aku melangkahkan kakiku yang sakit menuju pintu yang berisik itu.
CKLEK!
“Apa aku mengganggumu, Chagi?”
“Annio, Min Oppa.” Setelah kubalas perhatiannya, aku segera berbalik dan duduk di atas tempat tidurku.Menarik selimut dan meminta Minnie duduk di atas tempat tidurku.
“Ada apa?” tanyaku dingin.Aku masih teringat peristiwa tadi siang yang cukup membuatku sebal.
“Hmm..”Minnie Oppa mengeluarkan sebuah kotak yang penuh dengan obat-obatan.“Apa kakimu masih sakit?” sambil membuka selimut yang menutupi kakiku.Ia mengecek telapak kakiku dan mulai mengobatinya.
“Kakiku baik-baik saja kok.”Jawwabku setenang mungkin meski jantungku mulai berdegup kencang.
“Baik apanya?Luka itu menimbulkan bekas tahu!” gerutunya sambil menatapku tajam.Aku diam. Lalu Minnie Oppa melanjutkan kegiatannya.
“Mianhaeyo…”
“Gwenchana..”
“Mianhae, soal yang tadi siang…”
“Gwenchanayo, Oppa..” potongku cepat. Aku tidak mau mengingat kejadian itu lagi.
Hening… hening… hening… *terus mainkan lagunya #plak! *
“Oppa, kenapa tidak siap-siap untuk konser besok?” tanyaku membuka pembicaraan.
Sambil terus membersihkan kotoran yang masuk ke dalam kulit kakiku, Minnie Oppa menjawab, “Konsernya kan malam, lagipula besok pagi masih mau menyebarkan brosur.Hyungs-ku dan ketiga temanmu itu masih bisa mengatasinya.”
Kali ini, lagi-lagi aku terdiam.Aku memperhatikan tangan Minnie Oppa yang mahir mengobati kakiku.Setelah membersihkan kotoran di luka itu, Minnie Oppa membalut kakiku dengan perban tipis agar kotoran tidak masuk lagi dalam kakiku.
“Selesai.” Celetuk Minnie Oppa. Ia membersihkan peralatannya kemudian membasuh dan mengeringkan tangannya, “Sebaiknya Chagi cepat istirahat.”
“Ne.. tapi aku akan mengantar Min Oppa dulu.”
“Anni.Sebaiknya Chagi tidur saja dulu.Aku bisa keluar sendiri kok.”
Minnie Oppa memegang kepalaku dan mendorongku perlahan untuk berbaring.Lalu membenarkan selimut dan merapikannya. Kemudian ia memberikan salam penutup yang indah.
“Chagi, kakimu bisa sembuh besok asalkan Chagi tidak melepas perbannya.” Sarannya sambil mengelus rambutku yang lembut *horeee! Rambut author tebel, item, lembut pula, tapi gak panjang, hahaha! #gapenting! *
CUP~
“Have a nice dream…” ujar Minnie Oppa setelah mencium bibirku sekilas.
Aku membelalakkan mataku dan mendengar pesannya itu, mataku perlahan berubah sayu dan lembut.Aku menarik selimutku hingga menutupi hidungku.Aku meraih bibirku dan merabanya perlahan.Menjawab ucapan Minnie, aku hanya mampu mengangguk.
Detik berikutnya, Minnie Oppa undur diri.Ia meninggalkanku dengan halus dan menutup pintu dengan halus.
OMO! Tadi itu… apa aku sedang bermimpi? Tapi, mimpi ini terlalu nyata…
Mebayangkan hadiahnya, aku malu.Aku menarik selimutku hingga menutupi seluruh tubuhku. Kemudian tidur…
»\(^CrazyLoveInMyDream^)/«
[music: TVXQ-ONE]
# Changmin POV
            Keesokkan harinya… aku tidak mendapatkan apa yang aku inginkan.
            Aku belum bertemu Minsa sejak padi tadi.Setiap kali aku bertanya kepada sahabat-sahabatnya, mereka selalu menghalangi aku untuk bertemu dengan Minsa. Ada apa ini? Kenapa mereka memperlakukanku seakan aku ini orang jahat yang hendak menculik Minsa. Kalau situasinya sepertiini hingga sore nanti, aku tidak yakin konser pertama kami akan berjalan lancar…
            Setelah selesai menyebarkan brosur dengan hyungs-ku, aku bergegas mapir ke  vila Minsa. Tetap saja, aku tidak diperbolehkan bertemu dengannya.Mungkin ini terlalu berlebihan, tapi sungguh seakan aku tuli dan buta tanpa ada Minsa di sampingku.
            Selama dua hari, aku masih mampu menggenggam tangannya tapi kini tanganku terasa kosong.Bahkan semalam aku masih bisa merasakan kelembutan bibirnya.Tuhan, beri aku kesempatan untuk segera bertemu dengannya. Neomu bogoshipo…
            @ night
            Kami, TVXQ  sedang melakukan persiapan di belakang panggung. Ini konser pertama kami di tempat liburan. Jaejoong Hyung tengah membenahi dasi Yunho Hyung, sementara YooSu…? Aku tidak tahu mereka hilang di mana?
            15 menit menjelang pementasan, aku masih terus mencari sosok Minsa.Aku benar-benar tidak mendapatinya. Omona! Kenapa tiba-tiba Minsa pergi dariku…?
            Kurang dari 10 menit, aku menyerah…
            Tapi, saat aku menyerah itulah sesuatu yang tak terduga tiba-tiba terjadi...
            Minsa datang.Ne, dia datang tapi penampilannya tidak seperti Minsa yang aku kenal.Ia memakai make up tebal, memakai kaos tipis yang dibalu sweter pendek yang hanya menutupi lengannya, memakai bawahan yang hanya menutupi sampai lutut namun ketat, juga memakai sepetu hak tinggi. Aku tidak pernah melihatnya berpenampilan seperti ini… ini sangat mengganggu. Jin apa yang telah merasukinya?
            “A, aa, aannyeong…” sapanya terbata-bata.
            Aku buang muka.Aku tidak mau berbicara dengannya dalam situasi seperti ini.
Jaejoong Hyung dan Yunho Hyung segera menghentikan aktifitasnya dan menatap Minsa dengan tatapan menghina.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Jaejoong sinis.
“Hmmm,,aku… aku…?” ia terdengar gugup. Terkadang terpancar betapa ia sangat tidak nyaman dengan apa yang dipakainya, tapi…
“Pergilah…!” pinta Yunho Hyung sembari mengalihkan tatapannya.
“Nde?”
“Pergilah sebelum Yoochun-sshi datang.”Tambah Jaejoong mendukung Yunho Hyung kemudian kembali membenahi pakaian Yunho.
“Tapi kenapa..?” Minsa semakin bingung.Ia mungkin menatapku juga untuk meminta jawaban tapi aku bahkan tidak mau berbalik menatapnya.
“Pergi kau!!” bentak seseorang.Pandangan kami menelusuri ruangan dan berhenti pada dua orang namja yang berdiri di dekat pintu keluar menuju panggung.Yoochun Hyung dan Junsu Hyung.
“Wae, Oppa? Kenapa aku tidak boleh di sini?”
Yoochun berjalan mendekat namun berhenti 3 meter di depan Minsa, sementara Junsu berjalan mendekatiku.
“Pergilah sekarang karna aku tidak suka melihatmu di sini!” ujarnya tajam.
“Tapi kenapa?” suaranya terdengar mulai bergetar.“Bukankah selama 3 hari yang lalu, Oppa masih baik-baik saja melihatku?”
“Karena aku tidak suka melihat seorang bayi berdandan seperti seorang tante-tante. Itu menjijikkan.” Jelas Yoochun Hyung semakin tajam.
“Nde? Bayi…??”
“Ingat, berapa umurmu? Diusia muda seperti ini kau malah berdandan seperi tante-tante.Terlihat murahan.”
DEG!
Aku menggeser tatapanku.Antara tatapan kesal -karena yoochun Hyung telah menghina yeojachinguku- dan tatapan mendukung penjelasan Yoochun Hyung.
“Hiks, hiks…”
“Sekarang pergilah sebelum aku menghinamu lagi…”
Seketika itu juga, Minsa keluar dari ruangan kami. Aku tidak tega melihatnya sedih tapi, apa yang dikatakan Yoochun Hyung adalah benar.
Tiba-tiba Junsu Hyung menepuk bahuku seraya berkata, “Bersabarlah. Minsa hanya perlu menyesuaikan diri.”
»\(^CrazyLoveInMyDream^)/«
# Minsa POV
            “Hiks, hiks…”
Aku keluar dari ruangan yang kejam itu. Aku tidak akan pergi ke tempat itu lagi.
“Minsa, kenapa kau menangis?”
“Apa kita berhasil?”
“Minsa, katakan sesuatu…”
Begitu aku keluar Elza, Nami, dan Salfa menghampiriku.Mereka yang telah mendandaniku seperti ini hingga aku dibenci seluruh member TVXQ.Kejam sekali mereka.
“Minsa….”
“Tidak apa-apa.” Aku mengusap air matzku,”Aku, aku harus pergi dahulu..” lalu aku pergi menjauhi mereka. Untuk menenangkan diri.
“Minsa! Minsa! Tunggu!” teriakan mereka bagaikan air yang berhembus yang tak mau berhenti dan tidak mendapat perhatianku.
Aku terus berlari menjauhi tempat konser.Terus menjauh hingga aku sampai di tempat yang cukup sepi dan jauh dari hiruk pikuk yang mengganggu.
Di tepi laut, aku melepas sepatu hak tinggi yang kukenakan sejak 3 jam yang lalu dan membiarkannya tergeletak di atas pasir. Aku terus berjalan ke arah laut hingga kakiku terbenam sampai lutut.
“Bodoh! Kenapa aku mengikuti permainan mereka?Kenapa aku dengan mudahnya dihina oleh mereka?Kenapa dengan mudahnya aku jatuh seperti ini?Paboya!” gerutuku pada angin malam yang dingin.
Aku tidak peduli air ini dingin atau tidak, berbahaya atau tidak.Aku tidak peduli.
Dipermainkan di depan namjachingu-ku sendiri itu sangat menyakitkan. Bahkan Minnie Oppa tidak membelaku.Apa benar aku terlihat murahan dengan pakaian seperti ini?
“Aaarggghh!!” pekikku keras.
Aku segera melepas sweter pendek yang melekat di lenganku kemudian membasahinya dengan air laut. Aku bermaksud membersihkan make up di wajahku dengan air laut meskipun aku tahu ini mungkin akan membahayakan kulitku.
Setelah terasa cukup basah, aku memerasnya kemudian aku memejamkan mata bersiap untuk menghilangkan make up tebal yang mengganggu ini.
SET!
Aku segera membuka mata.
Satu tangan yang kuat menahan tanganku yang memegang sweter basah itu.
“Seharusnya kau tidak memakai air laut untuk membersihkan make up di wajahmu.” Minnie Oppa yang tiba-tiba datang itu menggeser badanku hingga aku berhadapan dengannya.
Kemudian ia membersihkan make up tebal di wajahku dengan kain putih yang telah ia basahi dengan air tawar. “Kalau kau membersihkannya dengan air laut, itu akan merusak wajah manismu..”
“Hiks, hiks…”
“Sudahlah. Jangan menangis… kau akan baik denganku.” Ia  masih membersihkan make up di  dahiku, pipiku, dan mataku.
“Hiks, hiks.. mianhaeyo, jeongmal mianhaeyo, Oppa…”
“Gwenchana…”
“Hiks, hiks, mianhae…” aku tidak melanjutkan kalimatku.Minnie Oppa telah mencapai bibirku dan membersihkan lipstick tebal yang menutupinya.
“Diamlah atau aku akan menciummu…”
DEG!
Aku mendengar ancamannya itu.Sedetik kemudian aku diam dan berusaha menahan air mataku.
Setelah selesai menghapus semua make up yang menutupi wajahku, Minnie Oppa menatapku sambil menghiburku, “Nah, kalau seperti ini kau terlihat lebih cantik, Chagi..”
“Min Oppa…” aku mendongakkan kepalaku.Aku melihat tatapan matanya yang lembut dan penuh kasih sayang.Tidak terbesit sedikit kebencian di matanya.Melihat kilatan matanya yang seperti ini, aku merasa sangat hina.
Melihat mataku yang masih berkaca-kaca, Minnie Oppa meraih tanganku dan menempelkannya di dadanya.Aku menatap matanya dalam. Mencari keseriusan dalam kalimat yang akan diucapkannya.
“Dengarkan aku!” jeda sejenak,”Jangan pernah melakukan ini lagi, ne?”
“Aku mencintaimu apa adanya. Tidak perlu kau melakukan hal ini. Seperti apapun Minsa, aku akan tetap mencintaimu. Tidak peduli orang lain mengataimu seperti apa, bagiku kaulah yang tetap kuinginkan.” Ia menatap mataku makin tajam.
“Hiks, hiks…”
Perlahan, ia menarikku dalam pelukannya yang dalam. “Jeongmal saranghaeyo, Chagi…”
“Hiks, hiks, nado saranghae, Oppa…” aku membalas pelukannya erat.
»\(^CrazyLoveInMyDream^)/«

FANFIC/CRAZY LOVE IN MY DREAM/part1

Tittle: “Crazy Love In My Dream”
Author: Chang Min Sa
Cast:
-      Minsa
-      Max Changmin
-      Uknow Yunho
-      Hero Jaejoong
-      Xiah Junsu
-      Micky Yoochun
-      Elza
-      Others
Rating: PG17
Genre: Romance, Comedy, dll.
Fanfic ini benar-benar khayalan semata dibuat dengan niat tulus author untuk mengingat mimpi yang pernah author alami malam hari Senin, 26 Desember 2011 lalu, hari dimana author merasakan kepedihan atas idolanya yang tengah bertambah usia yang kita kenal sebagai DBSK/TOHOSHINKI/TVXQ dan fans mereka yang disebut Cassiopeia/Bigeast. Well, semoga mimpi ini menjadi kenyataan. Amiiiin >.
»\(^CrazyLoveInMyDream^)/«
[music: TVXQ-PROUD]
# Minsa POV
            Aku mendengar deru ombak yang menghantam batuan di pantai. Mendengar kicauan burung yang terbang di atas langit-langit laut. Perlahan aku keluar dari kamar yang disewakan untuk kami bermalam. Kebetulan vila di dekat pantai ini milik salah satu temanku. Aku dan ketiga temanku tengah berlibur di sini selama 7 hari. Ini hari pertama kami dan aku harap liburan kali ini memberikan kesan mendalam bagi kami.
            “Huuaaahhh?? Minsa, kau sudah bangun?” Tanya sahabatku yag kini telah berada di sebelahku dan tengan merelekskan otot-ototnya.
            Aku mengangguk. “Hu.uh. kau juga. Mana Nami dan Salfa. Aku belum melihatnya?”
            ”Mereka sedang sibuk dengan dunianya masing masing.” Keningku mengkerut mendengar perjelasannya. “Nami sedang menyiapkan sarapan dengan Bibi, sedangkan Salfa.. dia sedang konser di kamar mandi.” Jelasnya panjang lebar.
            “Hmmm? Begitukah?”
            “Yah!! Bagaimana kalau kita jalan-jalan dulu.”

“Jalan-jalan ke mana Elza?”
“Ah, kau itu. Menyusuri pantai… daripada kita nggak ngapa-ngapain di sini?” sahabatku yang bernama Elza mendekatiku lalu menarikku pergi.
Kami berjalan menyusuri pantai. Pasir putih yang kuinjak terasa sangat lembut dan nyaman di kaki. Air laut yang jernih dan suara ombak yang memecah pantai menjadi hiburan tersendiri bagi kami. Meski matahari masih malu-malu untuk keluar dari persembunyiannya, ternyata sudah banyak pegunjung yang bangun. Maksud hati mereka mungkin ingin melihat matahari terbit.
Sudah  menit aku menyusuri pantai dan kini matahari benar-benar menghangatkan tubuh kami. Aku dan Elza berhenti. Kami tidak berhenti karena capek melainkan karena ada hal yang cukup menarik perhatianku. Dari arah berlawanan, aku melihat 5 orang lelaki jangkun yang terngah berjalan menyusuri pantai. Wajah mereka sangat tidak asing di benakku. Aku memutar otak beberapa kali dan mencoba mencerna penglihatanku. Memastikan bahwa  aku tidak sedang bermimpi.
“Hei, Minsa. Kau sedang lihat apa?” tegur Elza sambil menepuk bahuku.
Aku diam sebentar lalu berkata, “Cubit aku!”
“Ne?”
“Pasti aku sedang bermimpi. Pasti aku sedang bermimpi.”
“Hei, Minsa. Kau ini kenapa sih? Tatapanmu seperti melihat malaikat maut menjemputmu..?”
“Mereka lebih tampan dari yang aku kira selama ini.”
“Hei, Minsa. Kau sudah gila ya?” Elza terus menerus menepuk bahuku meski aku tidak meresponnya sama sekali. Aku tetap bertahan di duniaku sendiri. Elza melanjutkan kalimatnya, “eoh, jadi karena laki-laki itu…”
“Aw!! Elza, sakit tahu!” pekikku spontan begitu Elza mencubit lengan kananku.
“Kau tadi kan minta dicubit..” bela Elza.
Aku diam. Aku kembali menoleh kea rah datangnya para malaikatku. Mereka benar-benar malaikatku di alam dunia ini. Dari ujung dekat pantai… Malaikatku yang memiliki suara paling indah dan berpantat sexy, kemudian di sampingnya adalah soulmate dari malaikat bersuara indah itu, Malaikat paling romantic dan paling dicari untuk menjadi seorang model majalh. Di sebelahnya lagi adalah malaikat berparas cantik yang jago masak, acting, dan berbakat sebagai sutradara. Di sampingnya, berdiri soulmatenya, lelaki jangkun itu adalah leader dari malaikat-malaikat yang lain, jago hapkido dan bertanggungjawab. Dan yang terakhir adalah malaikat favoritku, malaikat jenius bersuara tenor.
“Mungkin aku harus memberitahukan ini pada Salfa. Ia pasti bisa membantuku…” ujar Elza pada angin, karena aku benar-benar tengah termakan ilusi,. Kemudian ia berlari meninggalkanku. Meski begitu, aku tetap berdiri kokoh di tempatku karena mereka berlima tengah menghentikan duniaku.
“Annyeonghaseo, Noona…”
“Annyeonghaseo…”
Aku diam mematung.
“Annyeong!!!”
“Ah, nde? Ada apa? Apa?”
[???]
Aku menyapu pandangan ke sekeliling lalu berhenti pada orang-orang yang berdiri di depanku.
“Noona, gwenchana?”
“Hmm?” aku menoleh ke sekitarku. “Do you talk with me?” tanyaku memastikan sambil menunjuk diriku sendiri.
Laki-laki itu hanya mengangguk untuk mengiyakan jawabanku.
“Ah, ne, gwenchana..”
“Are you alone?” Tanya laki-laki berjidat lebar, malaikat romantic.
“Hm…? With my friend, it’s…?” aku berbalik kea rah Elza seharusnya berdiri. Tapi Elza tidak ada di sana. Dan aku beru menyadari kalau aku ditinggalnya pergi.
“Do you search you friend?” Tanya nalaikat idolaku dingin.
“Hmm, ne.” jawabku sambil menunduk. Aku malu pada diriku sendiri.
“She has been run to leave you..” jawab malaikat duckbutt.
“Hmm, arasseo…” seruku sedih. Aku berbalik dan hendak meninggalkan mereka tapi satu suara menghentikanku.
“Wait!” aku berbalik. “I think, I even see you. Hmm? But where?”
“Nde? I don’t know, Oppa..” jawabku masih dengan suara kurang semangat. Aku masih malu karena harus bertemu dan berbincang langsung dengan mereka. Padahal bahasa Inggris-ku sangat payah.
“Ahh!!!” celetuknya mengagetkan teman-temannya dan aku. “In my dream! I see you in my dream.”
“Nde??” Tanya teman-temannya seketika.
Seketika itu juga suasana berubah tegang. Malaikat romantic, malaikat duckbutt, malaikat cantik, dan leader malaikat menatap tajam dan menusuk pada malaikat jenius. Aku pun tak kalah terkejutnya dengan mereka, hanya saja aku bingung untuk menanggapinya.
“MINSAAA!!!”
Aku berbalik. Kulihat dari kejauhan elza membawa Nami dan Salfa. Mereka berhenti di tengah perjalanan dan Salfa memperhatikan kelima lelaki di belakangku. Tak lama kemudian, Salfa kembali berteriak.
“They are Dong Bang Shin Ki!!!”
»\(^CrazyLoveInMyDream^)/«
# Author POV
“Entah sejak kapan Changmin jadi akrab dengan gadis yang baru saja ia kenal?” Tanya Micky Yoochun pada ketiga temannya seraya mengambil makanan yang ia pesan.
“Sejak tadi Chunnie..” jawab Xiah Junsu setengah bercanda. Ia mengikuti Micky Yoochun dari belakang.
“Entahlah. Jangan Tanya padaku, aku tidak tau apa yang ada di dalam otak magnae kita itu.” Tambah sang leader yang mengambil makanan paling akhir.
Setelah ketiga member TVXQ ini mendapat makanan yang mereka pesa, ketiganya segera menghampiri meja tempat Hero Jaejoong menunggu. Jaejoong sudah mendapat makanan duluan dan tengah menunggu ketiga adiknya di meja dekat pintu keluar. Jaejoong menatap pemandangan luar yang sejuk dan sedap di pandang mata. Tak lama kemudian, ketiga temannya dating.
“Jae Hyung…”
“Nde?” Jaejoong tersadar dan segera menoleh pada teman-temannya. Mereka duduk di sekitar meja berbentuk persegi empat.
“Gwenchana…” jawab Junsu. Lalu ia duduk di kursi yang dikehendakinya.
“Kau sedang melihat apa Jae?” Tanya Yunho, sang leader, yang penasaran dengan apa yang membuat Jaejoong nyaman duduk di situ.
“Hmmm…” Jaejoong menggeleng. “Adik bungsu kita rupanya sedang jatuh cinta.”
“Nde?” sontak Yunho, Yoochun, dan Junsu terkejut.
“Lihat itu..” Jaejoong menunjuk ke arah luar kedai. Di luar sana tampak seorang member mereka yang tengah asyik berbincang dengan gadis yang baru saja dikenalnya.
“Sejak tadi aku memperhatikan tatapan mata Changmin pada gadis itu dan dari kilatan matanya menunjujjan kalau Changmin kagum pada gadis itu.” Ujar Jaejoong mengutarakan opininya. Lalu ia beralih menatap ketiga temannya. “Menurut kalian gimana?”
“Hmmm???” Yunho kembali menyantap mmakanannya setelah Jaejoong selesai menjelaskan pendapatnya. “Aku tidak tau.”
“Hmmm?? Sepertinya begitu.” ujarYoochun dan Junsu kompak. Lalu keduanya kembali makan.
Karena merasa pendapatnya sia-sia, Jaejoong kembali menyantap makanannya.
Selang beberapa detik kemudian, seorang gadis dating menghampiri mereka berempat. Gadis itu menutp mulutnya dengan secarik kertas. Dengan malu-malu gadis itu menyapa mereka. “Annyeonghaseo, uri oppa…”
“Annyeong…” balas keempat member singkat.
“Naneul Salfa imnida, Cassiopeia and I’m Minsa’s friend.”
“Ne. wae?” Tanya Yoochun dingin sambil memperhatikan gadis bernama Salfa itu.
“Hm… Bolehkah aku minta tanda tangan Oppa?” pinta Salfa dalam bahasa Inggris seraya menyodorkan secarik kertas yang ternyata adalah potar TVXQ.
Melihat kegugupan Salfa, Jaejoong segera mengambil poster itu sambil tersenyum. “Of course. Why not?”
Salfa tampak girang menyadari permintaannya diterima. “Gamsahamnida, Jaejoong Oppa..”
“Cheonmaneyo…” balas Jaejoong sambil mulai mencorat-coreti poster itu dengan tanda tangannya. Setelah selesai ia memindahkan poster itu pada Yunho.
“Eoh, kau bilang, kau itu teman Minsa ne?” Tanya Yunho membuka pembicaraan.
“Ne.” jawab Salfa singkat.
“Yah, Yunho Hyung, kukira kau tidak tertarik dengan cerita mereka.” Protes Junsu disela-sela makanan yang menumpuk di mulutnya.
“Hehehehe…” Yunho tersenyum kecil. Ia lalu memindahkan poster itu pada Yoochun.
“Jadi, kalau kau Cassiopeia bearti ketiga temanmu termasuk Minsa adalah seorang Cassiopeia?” giliran Yoochun yang bertanya. Ia segera menandatanganni poster itu dan memberikannya pada Junsu.
“Nde? Annio. Diantara kami berempat, hanya aku dan Minsa yan Cassiopeia sementara dua lainnya adalah sahabat kami.” Jelas Salfa.
Junsu menyerahkan poster yang telah terisi tandatangan keempat member TVXQ pada Salfa. “Hmmm? Kalau boleh tahu, memangnya siapa bias Minsa?” Tanya Junsu ingin tahu.
“Nde? Biasnya Minsa?” tidak lekas menjawab, Salfa justru mengalihkan pandangannya pada dua sosok yang kini tengah bercanda di serambi kedai keluarga Nami.
“Changminizer.” Celetuk Salfa. “Minsa adalah seorang Changminizer. How lucky Minsa. Dia bisa mengobrol dengan biasnya secara face to face.” Salfa melihat Minsa dengan tatapan iri.
“Memangnya Salfa tidak bisa?” ujar Jaejoong. Salfa segera mengalihkan pandangannya pada keempat member TVXQ.
“Anniya!!” jawab Salfa gugup.
“Nde, siapa bisa Salfa di TVXQ?” Tanya Yoochun.
“Hmmm.. aku suka kalian semua.” Jawabnya.
“Anni. Kalau secara personal?” timbrun Yunho.
“Hmmm… aku tidak bisa memilih. Oppadeul punya kalebihan masing-masing jadi aku tidak bisa memilih salah satu dari Oppadeul.” Jelas Salfa.
“Lalu, kenapa Minsa bisa?” celetuk Junsu. Ia tidak sadar bahwa pertanyaannya barusan membuat Salfa sedikit tersinggung.
Salfa mengalihkan pandangannya ke arah luar kedai.
@ di luar kedai…
Minsa tengah asyik berbincang dengan sang idola. Ia tidak menyangka bisa bertatapan langsung dan mengobrol bersama idolanya. Ia bahkan masih menyangkal bahwa ini adalah mimpi.
“Nde? Jadi, Oppa ke sini karena mengikuti mimpi Oppa?”
“Hu.um.” jawab  Max Changmin seraya tersenyum tulus. “Aku memaksa Hyungs untuk berlibur di sini karena aku sudah 2 kali bermimpi tentang hal ini.”
“Jinjja?” Minsa masih tidak percaya dengan apa yang diceritakan si malaikat jenius. Bahkan di mata Minsa, Changmin lebih jenius dari apa yang ia lihat selama ini.
“Ne.” jawab Changmin mantap.
“Hmmm… Minsa tinggal di mana?”
“Mmm.. aku tinggal jauh dari sini. Aku ke sini hanya untuk menghabiskan masa liburan kami. Kebetulan pemilik salah satu vila di pantai ini adalah saudara dekat sahabatku.” Jelas Minsa. Ia kembali meneguk air kelapa yang dipangku.
“Mmm… sementara ini kami tinggal di villa sebelah sana,” sambil menunjuk ke satu arah, “Nanti malam cobalah Minsa mampir ke vila kami?”
“Nde?” Minsa terkejut. Air kelapa yang ia minum hamper saja tumpah dari mulutnya. “B.. bu.. buta apa aku ke sana?”
“Ehm, anggap saja aku mengundangmu untuk makan malam bersama kami.” Pinta Changmin lalu ia kembali menatap Minsa, “Ne, Minsa boleh ajak Cassiopeia yang lain kok. Di sini ada lagi kan?” Minsa mengangguk. “Kupikir di tempat kecil seperti ini tidak ada yang mengenal kami.”
“Anni. Sejauh dan seterpencil apapun tempatnya, paling tidak ada satu atau dua orang yang mengenal kalian.” Tutur Minsa. Ia mengira apa yang diucapkan Changmin barusan adalah ucapan pesimis.
“Ne, jadi kau mau datang malam ini?”
            @ night
After dinner with Hyungs and two Cassies, I feel so happy this day. I think, I can’t leave this island. If I can, I want to stop the time and stay here with my girl. My new girlfriend, Minsa.
»\(^CrazyLoveInMyDream^)/«
[music: TVXQ-BEGIN]
# Minsa POV
Tok! Tok! Tok!
Pagi- pagi sekali sudah ada yang bertamu. Aku bangun dari tidurku dan segera membuka pintu. Mataku masih setengah terbuka hingga masih remang-remang aku melihat tamuku. Sambil mengucek salah satu sisi mataku, aku mencoba menerka sosok seorang laki-laki di depanku.
“Minnie Oppa…?”
“Ne. Minsa menyukai panggilan itu, ne?”
Aku tersadar. Laki-laki di depanku adalah seorang idol. Aku bergegas berbalik namun tanganku dicengkram terlebih dahulu olehnya.
“Jawab aku dulu, ne?” pintanya kemudian membersihkan mataku. Aku diam. Tak lama kemudian, Changmin melepaskan tanganku dan menurunkan tangannya dari wajahku. “Mian.”
“Ne. Gwenchana.” Jawabku setenang mungkin meski jantungku sudah memompa lebih banyak darah ke seluruh tubuhku.
“Ne, aku ingin mengatakan sesuatu pada Minsa tapi.. bolehkah aku masuk dulu?”
“Ah, mianhae.. Mian.” Aku segera menepi dari pintu dan mempersilahkan Changmin duduk tapi dia tidak mau. “Hmm, waeyo Oppa?”
Changmin berbalik menghadap ke arahku dan mendekatiku. Karena khawatir akan, aku merapat ke dinding di dekat pintu keluar. Lalu Changmin meraih kedua tanganku dan ia mengambil sesuatu dari sakunya.
Cincin?
Aku mulai memikirkan hal buruk mengenai maksudnya kemari. Ia menahan jemari tangan kananku dan melingkarkan cincin perak itu di jari tengahku.
“Oppa, what is it?”
“The ring.” Jawabnya datar tanpa mengalihkan tatapannya di jari-jariku.
“Yes, I know. But, for what?” tanyaku frustasi.
Laki-laki itu mendongakkan kepalanya dan menatap mataku tajam. “Will you be my girlfriend?”
“Nde?”
“Will you be my girlfriend?” ulang Changmin.
“Oppa.. Oppa pasti mabuk semalam? Dan sekarang, Oppa pasti sedang mengigau.” Elakku.
“Annio, Minsa. Saranghae..”
Aku membungkam mulutku seribu bahasa. Menahan setiap kata yang rasanya ingin keluar dari mulutku. Menahan debar jantungku yang semakin cepat. Menahan air mata yang hendak keluar.
“Nado saranghaeyo…?” tanyanya memastikan.
Dengan gugup aku menunduk dalam. “It’s live in the first sight, isn’t?”
“Ne. Ara.” Changmin mendekati wajahku seakan memastikan apakah aku sedang menitikkan air mata atau tidak.
“Are you kidding about it? I don’t believe with ‘love in the first sight’…”
“Arasseo.” Potong Changmin. Ia kembali menegakkan tubuhnya lalu menarik tanganku hingga menempel di dadanya. Merasakan degupan jantung yang sama kerasnya seperti aku. “Dulu aku juga tidak percaya, tapi… Berbekal mimpi dan perkenalan singkat yang kita alami, aku yakin kau bisa jadi girlfriend-ku.”
Aku masih menunduk dalam. Memahami setiap kata yang keluar dari mulutnya. Memastikan bahwa ini semua bukan ambigu.
“Minsa, please answer. Will u be my girlfriend, hm?” Changmin semakin mempererat genggaman tangannya.
Aku.. aku menarik nafas panjang dan… mengangguk perlahan.
“Nado saranghae?” Tanya Changmin memastikan jawabanku.
Aku mengangkat kepalaku perlahan dan menatap kedua bola matanya. “Nado, Oppa.”
Perlahan, tergores senyum di bibirnya. Aku ikut tersenyum. Membalas senyumku, Changmin melepaskan tanganku dan lekas merengkuhku dalam pelukannya.
“Gumawo, Minsa. Gumawo.. Neomu neomu saranghae…” ucapnya.
“Ne. Nado  saranghae, Oppa..”
BRUK!
Sebuah bola kaki menghempas kasar di kepala Changmin. Segera Changmin melepaskan pelukannya dan mengurut kepalanya yang sakit. Kemudian Changmin mengambil bola kaki itu dan mulai menggerutu pada dirinya sendiri.
“Oppa, gwenchana?” segera aku memastikan keadaannya. Aku ikut mengecek kepalanya dan memastikannya dalam keadaan baik.
“Siapa yang berani menendang bola sampai masuk ke sini?” gerutu Changmin pada angin.
Tak lama kemudian seorang malaikat berbokong sexy datang terengah-engah dan segera mengganggu geruatuan Changmin.
“Yah, Changminnie! Berikan bolanya!” serunya innocent.
“Junsu hyung…!!!”
Changmin berhambur keluar dari vilaku dan segera mengejar hyungnya yang satu itu. Yang bisa aku lakukan hanyalah tersenyum melihat tingkal lucu keduanya.
»\(^CrazyLoveInMyDream^)/«
“Kenapa tidak membalas?”
“Membalas apa, Min Oppa?” tanyaku sambil menatap wajah namja yang terus menyunggingkan senyumnya sejak tadi.
“Eoh, Chagi… aku menggenggam tanganmu erat tapi Chagi tidak membalasnya. Bisa sakit tanganku ini?”
“Hahaha, siapa suruh menggenggam erat tanganku.” Kuangkat genggaman tangan ini menunjukkan pada Minnie, “Tanganku ini kecil, Oppa…”
“Hahaha, Chagi bisa aja?” candanya sambil mendorngku hingga aku hampir terjatuh. Tapi ternyata genggaman tengannya memang sangat erat jadi aku tidak sampai jatuh.
Menyusuri lorong-lorong di dekat vila dan kedai di tepi pantai. Berjalan di atas pasir putih lembut memijat kaki. Kemudian diterpa hangatnya cahaya matahari dan angin yang sejuk. Diiringi suara ombak dan kicauan burung di atas laut. Diantara keramaian pengunjung berjalan berdua, menggenggam tangannya, dan membals senyumannya yang indah. Tanpa suara sekalipun, aku menikmatinya. Kasih sayang yang dicurahkan sejak tadi pagi membuatku semakn tak berdaya membals genggamannya.
“Ehem! Ehm! Sepertinya ada yang baru dapat pacar nih?” seorang namja berperawakan tinggi sekitar 184 centi dan rambut yang menutupi dahinya datang bersama seorang namja lain yang tadi pagi menendang bola ke arah vilaku.
“Ne. Cuma berbekal mimpi dan tekad, itu konyol sekali.” Ejek namja yang dijuluki dolphin oleh teman-temanna.
“Yah, Yoochun Hyung, Junsu Hyung!! Kalian ini sebenarnya kenapa? Kalian iri?” balas Changmin mnggoda kedua hyungnya.
“Nde? Annio!!” jawab mereka kompak.
“Aku cuma heran aja bagaimana mungkin sebuah mimpi bisa jadi sebuah kenyataan yang sulit dipercaya?” tutur Junsu.
“Ini buktinya.” Changmin mengangkat tangannya yang masih tak mau lepas dari tanganku. Ia tengah menunjukkan cincin yang diberikannya padaku.
“Hmmm…?” keduanya diam, kalah telak.
“Eh, Junsu-sshi, kapan kau memberikan cincin yang seperti ini padaku?” Tanya Yoochun dengan nada yang manja dan iri.
“Eoh, Yoochun-sshi, uangku habis…” jawab Junsu pasrah.
“Nde? Memangnya uangmu ke mana aja?” Tanya Yoochun curiga.
“Soalnya, sering aku pakai main game..”
“%655435456841%^~~^%”
Sementara Yoochun mengomeli Junsu dengan bahasa yang tidak mudah kuserap, aku memutuskan untuk hanya tertawa menanggapi tingkah mereka.
»\(^CrazyLoveInMyDream^)/«

Rabu, 04 Januari 2012

RESENSI BUKU


Judul   : The Tales of Beedle The Brad
              (Kisah-kisah Beedle Si Juru Cerita)
Pengarang      : J.K. Rowling
Penerbit         : PT. Gramedia Pustaka Utama
Terbit             : Maret 2009
Tebal              : 144 halaman

Kisah yang menceritakan lima dongeng beragam yang akan menghadirkan tawa, kegembiraan, dan ketegangan. Sang Penyihir dengan Kuali Melompat, Air Mancur Mujur Melimpah, Penyihir Berhati Berbulu, Babbity Rabbity dan Tunggul Terbahak, serta Kisah Tiga Bersaudara. Kisah yang dalam buku Harry Potter seri 7 menjadi bacaan para penyihir, kini bisa kita nikmati. Salah satu kisahnya adalah Penyihir Berhati Berbulu. Kisah seorang penyihir yang melihat bahwa cinta hanya menimbulkan kebodohan dan penderitaan, melakukan sihir hitam agar tidak jatuh cinta. Ia mengeluarkan hatinya dari tubuhnya dan menyimpannya dalam kotak. Kemudian ia menjadi sosok yang angkuh, dingin, dan tidak tertarik dengnan gadis manapun.
Ketika lingkungan menantangnya untuk menikah, ia memasukkan hatinya lagi ke tubuhnya. Namun ia bukan manusia lagi. Ia menjadi pembunuh, karena jika hati telah dipisahkan dari tubuh, hati akan menjadi buas dan jahat. Di akhir cerita, ia mati dalam usaha mengeluarkan hatinya yang jahat.