Tittle: “Crazy Love In My Dream”
Author: Chang Min Sa
Cast:
-
Minsa
-
Max Changmin
-
Uknow Yunho
-
Hero Jaejoong
-
Xiah Junsu
-
Micky Yoochun
-
Elza
-
Others
Rating: PG17
Genre: Romance, Comedy, dll.
Fanfic ini benar-benar khayalan semata dibuat dengan niat tulus author untuk mengingat mimpi yang pernah author alami malam hari Senin, 26 Desember 2011 lalu, hari dimana author merasakan kepedihan atas idolanya yang tengah bertambah usia yang kita kenal sebagai DBSK/TOHOSHINKI/TVXQ dan fans mereka yang disebut Cassiopeia/Bigeast. Well, semoga mimpi ini menjadi kenyataan. Amiiiin >.
»\(^CrazyLoveInMyDream^)/«
[music: TVXQ-PROUD]
# Minsa POV
Aku mendengar deru ombak yang menghantam batuan di pantai. Mendengar kicauan burung yang terbang di atas langit-langit laut. Perlahan aku keluar dari kamar yang disewakan untuk kami bermalam. Kebetulan vila di dekat pantai ini milik salah satu temanku. Aku dan ketiga temanku tengah berlibur di sini selama 7 hari. Ini hari pertama kami dan aku harap liburan kali ini memberikan kesan mendalam bagi kami.
“Huuaaahhh?? Minsa, kau sudah bangun?” Tanya sahabatku yag kini telah berada di sebelahku dan tengan merelekskan otot-ototnya.
Aku mengangguk. “Hu.uh. kau juga. Mana Nami dan Salfa. Aku belum melihatnya?”
”Mereka sedang sibuk dengan dunianya masing masing.” Keningku mengkerut mendengar perjelasannya. “Nami sedang menyiapkan sarapan dengan Bibi, sedangkan Salfa.. dia sedang konser di kamar mandi.” Jelasnya panjang lebar.
“Hmmm? Begitukah?”
“Yah!! Bagaimana kalau kita jalan-jalan dulu.”
“Jalan-jalan ke mana Elza?”
“Ah, kau itu. Menyusuri pantai… daripada kita nggak ngapa-ngapain di sini?” sahabatku yang bernama Elza mendekatiku lalu menarikku pergi.
Kami berjalan menyusuri pantai. Pasir putih yang kuinjak terasa sangat lembut dan nyaman di kaki. Air laut yang jernih dan suara ombak yang memecah pantai menjadi hiburan tersendiri bagi kami. Meski matahari masih malu-malu untuk keluar dari persembunyiannya, ternyata sudah banyak pegunjung yang bangun. Maksud hati mereka mungkin ingin melihat matahari terbit.
Sudah menit aku menyusuri pantai dan kini matahari benar-benar menghangatkan tubuh kami. Aku dan Elza berhenti. Kami tidak berhenti karena capek melainkan karena ada hal yang cukup menarik perhatianku. Dari arah berlawanan, aku melihat 5 orang lelaki jangkun yang terngah berjalan menyusuri pantai. Wajah mereka sangat tidak asing di benakku. Aku memutar otak beberapa kali dan mencoba mencerna penglihatanku. Memastikan bahwa aku tidak sedang bermimpi.
“Hei, Minsa. Kau sedang lihat apa?” tegur Elza sambil menepuk bahuku.
Aku diam sebentar lalu berkata, “Cubit aku!”
“Ne?”
“Pasti aku sedang bermimpi. Pasti aku sedang bermimpi.”
“Hei, Minsa. Kau ini kenapa sih? Tatapanmu seperti melihat malaikat maut menjemputmu..?”
“Mereka lebih tampan dari yang aku kira selama ini.”
“Hei, Minsa. Kau sudah gila ya?” Elza terus menerus menepuk bahuku meski aku tidak meresponnya sama sekali. Aku tetap bertahan di duniaku sendiri. Elza melanjutkan kalimatnya, “eoh, jadi karena laki-laki itu…”
“Aw!! Elza, sakit tahu!” pekikku spontan begitu Elza mencubit lengan kananku.
“Kau tadi kan minta dicubit..” bela Elza.
Aku diam. Aku kembali menoleh kea rah datangnya para malaikatku. Mereka benar-benar malaikatku di alam dunia ini. Dari ujung dekat pantai… Malaikatku yang memiliki suara paling indah dan berpantat sexy, kemudian di sampingnya adalah soulmate dari malaikat bersuara indah itu, Malaikat paling romantic dan paling dicari untuk menjadi seorang model majalh. Di sebelahnya lagi adalah malaikat berparas cantik yang jago masak, acting, dan berbakat sebagai sutradara. Di sampingnya, berdiri soulmatenya, lelaki jangkun itu adalah leader dari malaikat-malaikat yang lain, jago hapkido dan bertanggungjawab. Dan yang terakhir adalah malaikat favoritku, malaikat jenius bersuara tenor.
“Mungkin aku harus memberitahukan ini pada Salfa. Ia pasti bisa membantuku…” ujar Elza pada angin, karena aku benar-benar tengah termakan ilusi,. Kemudian ia berlari meninggalkanku. Meski begitu, aku tetap berdiri kokoh di tempatku karena mereka berlima tengah menghentikan duniaku.
“Annyeonghaseo, Noona…”
“Annyeonghaseo…”
Aku diam mematung.
“Annyeong!!!”
“Ah, nde? Ada apa? Apa?”
[???]
Aku menyapu pandangan ke sekeliling lalu berhenti pada orang-orang yang berdiri di depanku.
“Noona, gwenchana?”
“Hmm?” aku menoleh ke sekitarku. “Do you talk with me?” tanyaku memastikan sambil menunjuk diriku sendiri.
Laki-laki itu hanya mengangguk untuk mengiyakan jawabanku.
“Ah, ne, gwenchana..”
“Are you alone?” Tanya laki-laki berjidat lebar, malaikat romantic.
“Hm…? With my friend, it’s…?” aku berbalik kea rah Elza seharusnya berdiri. Tapi Elza tidak ada di sana. Dan aku beru menyadari kalau aku ditinggalnya pergi.
“Do you search you friend?” Tanya nalaikat idolaku dingin.
“Hmm, ne.” jawabku sambil menunduk. Aku malu pada diriku sendiri.
“She has been run to leave you..” jawab malaikat duckbutt.
“Hmm, arasseo…” seruku sedih. Aku berbalik dan hendak meninggalkan mereka tapi satu suara menghentikanku.
“Wait!” aku berbalik. “I think, I even see you. Hmm? But where?”
“Nde? I don’t know, Oppa..” jawabku masih dengan suara kurang semangat. Aku masih malu karena harus bertemu dan berbincang langsung dengan mereka. Padahal bahasa Inggris-ku sangat payah.
“Ahh!!!” celetuknya mengagetkan teman-temannya dan aku. “In my dream! I see you in my dream.”
“Nde??” Tanya teman-temannya seketika.
Seketika itu juga suasana berubah tegang. Malaikat romantic, malaikat duckbutt, malaikat cantik, dan leader malaikat menatap tajam dan menusuk pada malaikat jenius. Aku pun tak kalah terkejutnya dengan mereka, hanya saja aku bingung untuk menanggapinya.
“MINSAAA!!!”
Aku berbalik. Kulihat dari kejauhan elza membawa Nami dan Salfa. Mereka berhenti di tengah perjalanan dan Salfa memperhatikan kelima lelaki di belakangku. Tak lama kemudian, Salfa kembali berteriak.
“They are Dong Bang Shin Ki!!!”
»\(^CrazyLoveInMyDream^)/«
# Author POV
“Entah sejak kapan Changmin jadi akrab dengan gadis yang baru saja ia kenal?” Tanya Micky Yoochun pada ketiga temannya seraya mengambil makanan yang ia pesan.
“Sejak tadi Chunnie..” jawab Xiah Junsu setengah bercanda. Ia mengikuti Micky Yoochun dari belakang.
“Entahlah. Jangan Tanya padaku, aku tidak tau apa yang ada di dalam otak magnae kita itu.” Tambah sang leader yang mengambil makanan paling akhir.
Setelah ketiga member TVXQ ini mendapat makanan yang mereka pesa, ketiganya segera menghampiri meja tempat Hero Jaejoong menunggu. Jaejoong sudah mendapat makanan duluan dan tengah menunggu ketiga adiknya di meja dekat pintu keluar. Jaejoong menatap pemandangan luar yang sejuk dan sedap di pandang mata. Tak lama kemudian, ketiga temannya dating.
“Jae Hyung…”
“Nde?” Jaejoong tersadar dan segera menoleh pada teman-temannya. Mereka duduk di sekitar meja berbentuk persegi empat.
“Gwenchana…” jawab Junsu. Lalu ia duduk di kursi yang dikehendakinya.
“Kau sedang melihat apa Jae?” Tanya Yunho, sang leader, yang penasaran dengan apa yang membuat Jaejoong nyaman duduk di situ.
“Hmmm…” Jaejoong menggeleng. “Adik bungsu kita rupanya sedang jatuh cinta.”
“Nde?” sontak Yunho, Yoochun, dan Junsu terkejut.
“Lihat itu..” Jaejoong menunjuk ke arah luar kedai. Di luar sana tampak seorang member mereka yang tengah asyik berbincang dengan gadis yang baru saja dikenalnya.
“Sejak tadi aku memperhatikan tatapan mata Changmin pada gadis itu dan dari kilatan matanya menunjujjan kalau Changmin kagum pada gadis itu.” Ujar Jaejoong mengutarakan opininya. Lalu ia beralih menatap ketiga temannya. “Menurut kalian gimana?”
“Hmmm???” Yunho kembali menyantap mmakanannya setelah Jaejoong selesai menjelaskan pendapatnya. “Aku tidak tau.”
“Hmmm?? Sepertinya begitu.” ujarYoochun dan Junsu kompak. Lalu keduanya kembali makan.
Karena merasa pendapatnya sia-sia, Jaejoong kembali menyantap makanannya.
Selang beberapa detik kemudian, seorang gadis dating menghampiri mereka berempat. Gadis itu menutp mulutnya dengan secarik kertas. Dengan malu-malu gadis itu menyapa mereka. “Annyeonghaseo, uri oppa…”
“Annyeong…” balas keempat member singkat.
“Naneul Salfa imnida, Cassiopeia and I’m Minsa’s friend.”
“Ne. wae?” Tanya Yoochun dingin sambil memperhatikan gadis bernama Salfa itu.
“Hm… Bolehkah aku minta tanda tangan Oppa?” pinta Salfa dalam bahasa Inggris seraya menyodorkan secarik kertas yang ternyata adalah potar TVXQ.
Melihat kegugupan Salfa, Jaejoong segera mengambil poster itu sambil tersenyum. “Of course. Why not?”
Salfa tampak girang menyadari permintaannya diterima. “Gamsahamnida, Jaejoong Oppa..”
“Cheonmaneyo…” balas Jaejoong sambil mulai mencorat-coreti poster itu dengan tanda tangannya. Setelah selesai ia memindahkan poster itu pada Yunho.
“Eoh, kau bilang, kau itu teman Minsa ne?” Tanya Yunho membuka pembicaraan.
“Ne.” jawab Salfa singkat.
“Yah, Yunho Hyung, kukira kau tidak tertarik dengan cerita mereka.” Protes Junsu disela-sela makanan yang menumpuk di mulutnya.
“Hehehehe…” Yunho tersenyum kecil. Ia lalu memindahkan poster itu pada Yoochun.
“Jadi, kalau kau Cassiopeia bearti ketiga temanmu termasuk Minsa adalah seorang Cassiopeia?” giliran Yoochun yang bertanya. Ia segera menandatanganni poster itu dan memberikannya pada Junsu.
“Nde? Annio. Diantara kami berempat, hanya aku dan Minsa yan Cassiopeia sementara dua lainnya adalah sahabat kami.” Jelas Salfa.
Junsu menyerahkan poster yang telah terisi tandatangan keempat member TVXQ pada Salfa. “Hmmm? Kalau boleh tahu, memangnya siapa bias Minsa?” Tanya Junsu ingin tahu.
“Nde? Biasnya Minsa?” tidak lekas menjawab, Salfa justru mengalihkan pandangannya pada dua sosok yang kini tengah bercanda di serambi kedai keluarga Nami.
“Changminizer.” Celetuk Salfa. “Minsa adalah seorang Changminizer. How lucky Minsa. Dia bisa mengobrol dengan biasnya secara face to face.” Salfa melihat Minsa dengan tatapan iri.
“Memangnya Salfa tidak bisa?” ujar Jaejoong. Salfa segera mengalihkan pandangannya pada keempat member TVXQ.
“Anniya!!” jawab Salfa gugup.
“Nde, siapa bisa Salfa di TVXQ?” Tanya Yoochun.
“Hmmm.. aku suka kalian semua.” Jawabnya.
“Anni. Kalau secara personal?” timbrun Yunho.
“Hmmm… aku tidak bisa memilih. Oppadeul punya kalebihan masing-masing jadi aku tidak bisa memilih salah satu dari Oppadeul.” Jelas Salfa.
“Lalu, kenapa Minsa bisa?” celetuk Junsu. Ia tidak sadar bahwa pertanyaannya barusan membuat Salfa sedikit tersinggung.
Salfa mengalihkan pandangannya ke arah luar kedai.
@ di luar kedai…
Minsa tengah asyik berbincang dengan sang idola. Ia tidak menyangka bisa bertatapan langsung dan mengobrol bersama idolanya. Ia bahkan masih menyangkal bahwa ini adalah mimpi.
“Nde? Jadi, Oppa ke sini karena mengikuti mimpi Oppa?”
“Hu.um.” jawab Max Changmin seraya tersenyum tulus. “Aku memaksa Hyungs untuk berlibur di sini karena aku sudah 2 kali bermimpi tentang hal ini.”
“Jinjja?” Minsa masih tidak percaya dengan apa yang diceritakan si malaikat jenius. Bahkan di mata Minsa, Changmin lebih jenius dari apa yang ia lihat selama ini.
“Ne.” jawab Changmin mantap.
“Hmmm… Minsa tinggal di mana?”
“Mmm.. aku tinggal jauh dari sini. Aku ke sini hanya untuk menghabiskan masa liburan kami. Kebetulan pemilik salah satu vila di pantai ini adalah saudara dekat sahabatku.” Jelas Minsa. Ia kembali meneguk air kelapa yang dipangku.
“Mmm… sementara ini kami tinggal di villa sebelah sana,” sambil menunjuk ke satu arah, “Nanti malam cobalah Minsa mampir ke vila kami?”
“Nde?” Minsa terkejut. Air kelapa yang ia minum hamper saja tumpah dari mulutnya. “B.. bu.. buta apa aku ke sana?”
“Ehm, anggap saja aku mengundangmu untuk makan malam bersama kami.” Pinta Changmin lalu ia kembali menatap Minsa, “Ne, Minsa boleh ajak Cassiopeia yang lain kok. Di sini ada lagi kan?” Minsa mengangguk. “Kupikir di tempat kecil seperti ini tidak ada yang mengenal kami.”
“Anni. Sejauh dan seterpencil apapun tempatnya, paling tidak ada satu atau dua orang yang mengenal kalian.” Tutur Minsa. Ia mengira apa yang diucapkan Changmin barusan adalah ucapan pesimis.
“Ne, jadi kau mau datang malam ini?”
@ night
After dinner with Hyungs and two Cassies, I feel so happy this day. I think, I can’t leave this island. If I can, I want to stop the time and stay here with my girl. My new girlfriend, Minsa.
»\(^CrazyLoveInMyDream^)/«
[music: TVXQ-BEGIN]
# Minsa POV
Tok! Tok! Tok!
Pagi- pagi sekali sudah ada yang bertamu. Aku bangun dari tidurku dan segera membuka pintu. Mataku masih setengah terbuka hingga masih remang-remang aku melihat tamuku. Sambil mengucek salah satu sisi mataku, aku mencoba menerka sosok seorang laki-laki di depanku.
“Minnie Oppa…?”
“Ne. Minsa menyukai panggilan itu, ne?”
Aku tersadar. Laki-laki di depanku adalah seorang idol. Aku bergegas berbalik namun tanganku dicengkram terlebih dahulu olehnya.
“Jawab aku dulu, ne?” pintanya kemudian membersihkan mataku. Aku diam. Tak lama kemudian, Changmin melepaskan tanganku dan menurunkan tangannya dari wajahku. “Mian.”
“Ne. Gwenchana.” Jawabku setenang mungkin meski jantungku sudah memompa lebih banyak darah ke seluruh tubuhku.
“Ne, aku ingin mengatakan sesuatu pada Minsa tapi.. bolehkah aku masuk dulu?”
“Ah, mianhae.. Mian.” Aku segera menepi dari pintu dan mempersilahkan Changmin duduk tapi dia tidak mau. “Hmm, waeyo Oppa?”
Changmin berbalik menghadap ke arahku dan mendekatiku. Karena khawatir akan, aku merapat ke dinding di dekat pintu keluar. Lalu Changmin meraih kedua tanganku dan ia mengambil sesuatu dari sakunya.
Cincin?
Aku mulai memikirkan hal buruk mengenai maksudnya kemari. Ia menahan jemari tangan kananku dan melingkarkan cincin perak itu di jari tengahku.
“Oppa, what is it?”
“The ring.” Jawabnya datar tanpa mengalihkan tatapannya di jari-jariku.
“Yes, I know. But, for what?” tanyaku frustasi.
Laki-laki itu mendongakkan kepalanya dan menatap mataku tajam. “Will you be my girlfriend?”
“Nde?”
“Will you be my girlfriend?” ulang Changmin.
“Oppa.. Oppa pasti mabuk semalam? Dan sekarang, Oppa pasti sedang mengigau.” Elakku.
“Annio, Minsa. Saranghae..”
Aku membungkam mulutku seribu bahasa. Menahan setiap kata yang rasanya ingin keluar dari mulutku. Menahan debar jantungku yang semakin cepat. Menahan air mata yang hendak keluar.
“Nado saranghaeyo…?” tanyanya memastikan.
Dengan gugup aku menunduk dalam. “It’s live in the first sight, isn’t?”
“Ne. Ara.” Changmin mendekati wajahku seakan memastikan apakah aku sedang menitikkan air mata atau tidak.
“Are you kidding about it? I don’t believe with ‘love in the first sight’…”
“Arasseo.” Potong Changmin. Ia kembali menegakkan tubuhnya lalu menarik tanganku hingga menempel di dadanya. Merasakan degupan jantung yang sama kerasnya seperti aku. “Dulu aku juga tidak percaya, tapi… Berbekal mimpi dan perkenalan singkat yang kita alami, aku yakin kau bisa jadi girlfriend-ku.”
Aku masih menunduk dalam. Memahami setiap kata yang keluar dari mulutnya. Memastikan bahwa ini semua bukan ambigu.
“Minsa, please answer. Will u be my girlfriend, hm?” Changmin semakin mempererat genggaman tangannya.
Aku.. aku menarik nafas panjang dan… mengangguk perlahan.
“Nado saranghae?” Tanya Changmin memastikan jawabanku.
Aku mengangkat kepalaku perlahan dan menatap kedua bola matanya. “Nado, Oppa.”
Perlahan, tergores senyum di bibirnya. Aku ikut tersenyum. Membalas senyumku, Changmin melepaskan tanganku dan lekas merengkuhku dalam pelukannya.
“Gumawo, Minsa. Gumawo.. Neomu neomu saranghae…” ucapnya.
“Ne. Nado saranghae, Oppa..”
BRUK!
Sebuah bola kaki menghempas kasar di kepala Changmin. Segera Changmin melepaskan pelukannya dan mengurut kepalanya yang sakit. Kemudian Changmin mengambil bola kaki itu dan mulai menggerutu pada dirinya sendiri.
“Oppa, gwenchana?” segera aku memastikan keadaannya. Aku ikut mengecek kepalanya dan memastikannya dalam keadaan baik.
“Siapa yang berani menendang bola sampai masuk ke sini?” gerutu Changmin pada angin.
Tak lama kemudian seorang malaikat berbokong sexy datang terengah-engah dan segera mengganggu geruatuan Changmin.
“Yah, Changminnie! Berikan bolanya!” serunya innocent.
“Junsu hyung…!!!”
Changmin berhambur keluar dari vilaku dan segera mengejar hyungnya yang satu itu. Yang bisa aku lakukan hanyalah tersenyum melihat tingkal lucu keduanya.
»\(^CrazyLoveInMyDream^)/«
“Kenapa tidak membalas?”
“Membalas apa, Min Oppa?” tanyaku sambil menatap wajah namja yang terus menyunggingkan senyumnya sejak tadi.
“Eoh, Chagi… aku menggenggam tanganmu erat tapi Chagi tidak membalasnya. Bisa sakit tanganku ini?”
“Hahaha, siapa suruh menggenggam erat tanganku.” Kuangkat genggaman tangan ini menunjukkan pada Minnie, “Tanganku ini kecil, Oppa…”
“Hahaha, Chagi bisa aja?” candanya sambil mendorngku hingga aku hampir terjatuh. Tapi ternyata genggaman tengannya memang sangat erat jadi aku tidak sampai jatuh.
Menyusuri lorong-lorong di dekat vila dan kedai di tepi pantai. Berjalan di atas pasir putih lembut memijat kaki. Kemudian diterpa hangatnya cahaya matahari dan angin yang sejuk. Diiringi suara ombak dan kicauan burung di atas laut. Diantara keramaian pengunjung berjalan berdua, menggenggam tangannya, dan membals senyumannya yang indah. Tanpa suara sekalipun, aku menikmatinya. Kasih sayang yang dicurahkan sejak tadi pagi membuatku semakn tak berdaya membals genggamannya.
“Ehem! Ehm! Sepertinya ada yang baru dapat pacar nih?” seorang namja berperawakan tinggi sekitar 184 centi dan rambut yang menutupi dahinya datang bersama seorang namja lain yang tadi pagi menendang bola ke arah vilaku.
“Ne. Cuma berbekal mimpi dan tekad, itu konyol sekali.” Ejek namja yang dijuluki dolphin oleh teman-temanna.
“Yah, Yoochun Hyung, Junsu Hyung!! Kalian ini sebenarnya kenapa? Kalian iri?” balas Changmin mnggoda kedua hyungnya.
“Nde? Annio!!” jawab mereka kompak.
“Aku cuma heran aja bagaimana mungkin sebuah mimpi bisa jadi sebuah kenyataan yang sulit dipercaya?” tutur Junsu.
“Ini buktinya.” Changmin mengangkat tangannya yang masih tak mau lepas dari tanganku. Ia tengah menunjukkan cincin yang diberikannya padaku.
“Hmmm…?” keduanya diam, kalah telak.
“Eh, Junsu-sshi, kapan kau memberikan cincin yang seperti ini padaku?” Tanya Yoochun dengan nada yang manja dan iri.
“Eoh, Yoochun-sshi, uangku habis…” jawab Junsu pasrah.
“Nde? Memangnya uangmu ke mana aja?” Tanya Yoochun curiga.
“Soalnya, sering aku pakai main game..”
“%655435456841%^~~^%”
Sementara Yoochun mengomeli Junsu dengan bahasa yang tidak mudah kuserap, aku memutuskan untuk hanya tertawa menanggapi tingkah mereka.
»\(^CrazyLoveInMyDream^)/«